di batas lelap dan jaga
di ambang mimpi dan nyata, kutitip
bakal bayi dari pernikahanku dengan sunyi.
dia telah kuberi bekal selendang biru
dan sebotol susu agar tak cemburu
pada wanita yang sungguh riuh itu.
kepadamu ia kutitipkan, peliharalah dengan
segenap bimbang.
aku ayah kandungnya.
seorang pelacur yang jarang tidur.
berkutat di batas-batas sambil mengutuk
jarum jam yang begitu gegas.
sunyi yang genit telah hamil besar
tapi ia terlalu disibukkan oleh puisi.
aku tak yakin, bakal bayi kami akan terpelihara.
senja di depan mata, jangan sampai ia buta.
sebab aku bukan penjaga ulung, maka
kepadamu ia kutitipkan, peliharalah dengan bimbang.
pilihan untuk membunuhnya tak sempat kutunaikan!
2013
Puisi Rizadian Adha
... yang mengaliri nadi
Kamis, 01 Agustus 2013
SI TUA YANG BERNAMA CINTA
begitu renta cinta yang pernah kubanggakan, kini.
keriput, sedikit layu, dan mulai kusam.
wajar saja tak berselera engkau mendekapnya.
parah nian kuperlakukan ia!
ia pernah kusuruh jadi beruang kutub.
menyimpan gelora untuk dilepaskan pada waktu yang tepat.
sayang, ia menjadi keledai yang kupecut-pecut
lalu malah muntah di ujung kerudungmu.
ia pernah kusuruh jadi singa gurun.
mengintai diam-diam untuk menerkam setiap gamang jedamu.
sayang, ia menjadi kucing yang bermanja-manja
lalu malah tertidur di tipuan senyummu.
ia pernah kusuruh jadi apa saja.
sayang, ia selalu mengkhianati rencana-rencana.
maka menjadi tua dan tak mengundang selera
adalah takdir teradil baginya.
2013
keriput, sedikit layu, dan mulai kusam.
wajar saja tak berselera engkau mendekapnya.
parah nian kuperlakukan ia!
ia pernah kusuruh jadi beruang kutub.
menyimpan gelora untuk dilepaskan pada waktu yang tepat.
sayang, ia menjadi keledai yang kupecut-pecut
lalu malah muntah di ujung kerudungmu.
ia pernah kusuruh jadi singa gurun.
mengintai diam-diam untuk menerkam setiap gamang jedamu.
sayang, ia menjadi kucing yang bermanja-manja
lalu malah tertidur di tipuan senyummu.
ia pernah kusuruh jadi apa saja.
sayang, ia selalu mengkhianati rencana-rencana.
maka menjadi tua dan tak mengundang selera
adalah takdir teradil baginya.
2013
MANTRA PENCINTA
sebentuk gerutuan tak sengaja
dibawa angin tersangkut di awan.
langit begitu tenang, riak pindah
ke hati-hati.
gagak yang tersesat mencari tempat
hinggap sejenak. sengal napasnya
seperti sedang membaca doa panjang
tanpa ingin ada amin.
pertemuan di awan, keduanya saling sapa.
hingga bermula dan berakhirlah cerita.
tak pada atau terlebih menjadi sama:
pengguncang awan pecah menjadi
butir-butir permata mata.
2013
dibawa angin tersangkut di awan.
langit begitu tenang, riak pindah
ke hati-hati.
gagak yang tersesat mencari tempat
hinggap sejenak. sengal napasnya
seperti sedang membaca doa panjang
tanpa ingin ada amin.
pertemuan di awan, keduanya saling sapa.
hingga bermula dan berakhirlah cerita.
tak pada atau terlebih menjadi sama:
pengguncang awan pecah menjadi
butir-butir permata mata.
2013
Sabtu, 27 Oktober 2012
KUPANGGIL KAU, CHE
KUPANGGIL KAU, CHE
kepada Bening Damhuji
kebingungan yang menyesatkan perahuku di pantaimu
ingin labuh bakda badai menghantam layarnya
di pasir, kudapati jejak ladam; adalah kau dan kudamu
datang menjemput atau sedang membahakiku?
kupanggil kau, che
saat ketakutan pada musim tak pasti
tentulah dibawa angin sampai padamu
pun jika ini kesesatan, niscaya langit berencana
memberiku kesempatan menguar rindu sederhana:
memeriksa bubu dan menyaksi flamboyan yang november
23 Oktober 2012
datang menjemput atau sedang membahakiku?
kupanggil kau, che
saat ketakutan pada musim tak pasti
tentulah dibawa angin sampai padamu
pun jika ini kesesatan, niscaya langit berencana
memberiku kesempatan menguar rindu sederhana:
memeriksa bubu dan menyaksi flamboyan yang november
23 Oktober 2012
SELALU SEPERTI KATAMU
SELALU SEPERTI KATAMU
secarik surat untuk bulek Ann yang penyair
senin yang genit, selamat malam
tak hanya salik menenteng lapar dan dahaga hari ini, aku menambahkan
penat padanya ... dan sedikit kebohongan. lagi, selalu seperti katamu.
waktu mengalir lancar diulang oleh serapah zaman, persis seperti
kamis. sebenarnya tiap hari, tapi tak kuakui, sebab napasku hanya pada
dua hari itu dan sunyi secukupnya. kau membaca dengan teliti, bahkan
saat kutahan-tahan hidung yang memanjang. terbaca jua dan kau meruncing
bibir
lalu, demi apa? toh, senin masih saja genit. tanganku
letih mencolek sana-sini di pinggulnya, meski kutahu kami tak
muhrim. kuhirup terus keharaman yang pasti oleh agamamu itu. bahkan
bercinta dengan senin, serupa dengan kamis dan hari-hari lain yang tak
kuakui. lagi, selalu seperti katamu. menghilir ke entah dan cukup pasrah
pada zaman penuh serapah. sekali ini, jujur, aku tak tahu lagi mesti
bagaimana
kau satu-satunya penyair yang mengaku amatir, aku tak
paham. tak sadar punya kenalan demikian. barangkali kau sedang menunggu
sertifikasi biar bisa pro, begitukah?
o, Ann ... tak usah
kaurisaukan seninku. hidungku akan tetap memanjang selagi waktu masih
menuju muara yang itu. akukamu tak akan pernah berhenti mengurusi puisi,
yakinlah! meski sadar tak pernah mampu. amatirlah sendiri saja, aku
tetap tak berkelas. tetap lapar dan dahaga di hari senin juga kamis juga
hari-hari lain yang tak kuakui
selalu seperti katamu, tak bisa kutahan hidungku yang memanjang
22 Oktober 2012
lalu, demi apa? toh, senin masih saja genit. tanganku letih mencolek sana-sini di pinggulnya, meski kutahu kami tak muhrim. kuhirup terus keharaman yang pasti oleh agamamu itu. bahkan bercinta dengan senin, serupa dengan kamis dan hari-hari lain yang tak kuakui. lagi, selalu seperti katamu. menghilir ke entah dan cukup pasrah pada zaman penuh serapah. sekali ini, jujur, aku tak tahu lagi mesti bagaimana
kau satu-satunya penyair yang mengaku amatir, aku tak paham. tak sadar punya kenalan demikian. barangkali kau sedang menunggu sertifikasi biar bisa pro, begitukah?
o, Ann ... tak usah kaurisaukan seninku. hidungku akan tetap memanjang selagi waktu masih menuju muara yang itu. akukamu tak akan pernah berhenti mengurusi puisi, yakinlah! meski sadar tak pernah mampu. amatirlah sendiri saja, aku tetap tak berkelas. tetap lapar dan dahaga di hari senin juga kamis juga hari-hari lain yang tak kuakui
selalu seperti katamu, tak bisa kutahan hidungku yang memanjang
22 Oktober 2012
JANGAN PERNAH BERMIMPI JADI PENYAIR
JANGAN PERNAH BERMIMPI JADI PENYAIR
kepada Sajak Astri Zackhoy
JANGAN PERNAH kauukir aksara dengan selera bunga
meliar sajalah ke lorong-lorong yang paling arang
tunggu apiku hampir dan kita abu bersama
BERMIMPI dengan adegan percintaan paling puisi
lalu kaukira dirimu Gibran? bagaimana mungkin, cah kasep
sedang membaca sebait saja, seketika kaucari wadah muntah
bangunlah! mari ke warung sajak, kita mabuk paling tuak
JADI PENYAIR, kau telah
2012
BERMIMPI dengan adegan percintaan paling puisi
lalu kaukira dirimu Gibran? bagaimana mungkin, cah kasep
sedang membaca sebait saja, seketika kaucari wadah muntah
bangunlah! mari ke warung sajak, kita mabuk paling tuak
JADI PENYAIR, kau telah
2012
Entahlah, S
Aku berumah di hatimu, S
Tempat dimana tak ada pintu yang pernah kuketuk
Di dalamnya aku telah karat menunggu entah, menghitung kesah
Pagi ke pagi bersendiri sebagai lelaki pertama dan satu-satunya
Riwayatku melapuk, lambat laun serpih, tercecer di sudut-sudut
Hingga pada malam yang juga entah, ada dengus lelaki lain
sedang berahi, barangkali. Terdengar sebagai gema di dinding
Hatimu hatiku sama pacu
Kucari pintu pelepas tanya, dengus itu pun
Mencari pintu, S, mencari pintu masuk ke hatimu
Hanya ketiadaanlah yang menenangkan
Aku membetah jadinya, sampai entah
2012
Riwayatku melapuk, lambat laun serpih, tercecer di sudut-sudut
Hingga pada malam yang juga entah, ada dengus lelaki lain
sedang berahi, barangkali. Terdengar sebagai gema di dinding
Hatimu hatiku sama pacu
Kucari pintu pelepas tanya, dengus itu pun
Mencari pintu, S, mencari pintu masuk ke hatimu
Hanya ketiadaanlah yang menenangkan
Aku membetah jadinya, sampai entah
2012
Langganan:
Postingan (Atom)