Kamis, 01 Agustus 2013

PILIHAN

di batas lelap dan jaga
di ambang mimpi dan nyata, kutitip
bakal bayi dari pernikahanku dengan sunyi.
dia telah kuberi bekal selendang biru
dan sebotol susu agar tak cemburu
pada wanita yang sungguh riuh itu.
kepadamu ia kutitipkan, peliharalah dengan
segenap bimbang.

aku ayah kandungnya.
seorang pelacur yang jarang tidur.
berkutat di batas-batas sambil mengutuk
jarum jam yang begitu gegas.

sunyi yang genit telah hamil besar
tapi ia terlalu disibukkan oleh puisi.
aku tak yakin, bakal bayi kami akan terpelihara.

senja di depan mata, jangan sampai ia buta.

sebab aku bukan penjaga ulung, maka
kepadamu ia kutitipkan, peliharalah dengan bimbang.
pilihan untuk membunuhnya tak sempat kutunaikan!

2013

SI TUA YANG BERNAMA CINTA

begitu renta cinta yang pernah kubanggakan, kini.
keriput, sedikit layu, dan mulai kusam.
wajar saja tak berselera engkau mendekapnya.

parah nian kuperlakukan ia!

ia pernah kusuruh jadi beruang kutub.
menyimpan gelora untuk dilepaskan pada waktu yang tepat.
sayang, ia menjadi keledai yang kupecut-pecut
lalu malah muntah di ujung kerudungmu.

ia pernah kusuruh jadi singa gurun.
mengintai diam-diam untuk menerkam setiap gamang jedamu.
sayang, ia menjadi kucing yang bermanja-manja
lalu malah tertidur di tipuan senyummu.

ia pernah kusuruh jadi apa saja.
sayang, ia selalu mengkhianati rencana-rencana.
maka menjadi tua dan tak mengundang selera
adalah takdir teradil baginya.

2013

MANTRA PENCINTA

sebentuk gerutuan tak sengaja
dibawa angin tersangkut di awan.
langit begitu tenang, riak pindah
ke hati-hati.

gagak yang tersesat mencari tempat
hinggap sejenak. sengal napasnya
seperti sedang membaca doa panjang
tanpa ingin ada amin.

pertemuan di awan, keduanya saling sapa.
hingga bermula dan berakhirlah cerita.
tak pada atau terlebih menjadi sama:
pengguncang awan pecah menjadi
butir-butir permata mata.

2013