Sabtu, 27 Oktober 2012

KUPANGGIL KAU, CHE

KUPANGGIL KAU, CHE
kepada Bening Damhuji

kebingungan yang menyesatkan perahuku di pantaimu
ingin labuh bakda badai menghantam layarnya
di pasir, kudapati jejak ladam; adalah kau dan kudamu
datang menjemput atau sedang membahakiku?

kupanggil kau, che
saat ketakutan pada musim tak pasti
tentulah dibawa angin sampai padamu
pun jika ini kesesatan, niscaya langit berencana
memberiku kesempatan menguar rindu sederhana:
memeriksa bubu dan menyaksi flamboyan yang november

23 Oktober 2012

SELALU SEPERTI KATAMU

SELALU SEPERTI KATAMU
secarik surat untuk bulek Ann yang penyair

senin yang genit, selamat malam

tak hanya salik menenteng lapar dan dahaga hari ini, aku menambahkan penat padanya ... dan sedikit kebohongan. lagi, selalu seperti katamu. waktu mengalir lancar diulang oleh serapah zaman, persis seperti kamis. sebenarnya tiap hari, tapi tak kuakui, sebab napasku hanya pada dua hari itu dan sunyi secukupnya. kau membaca dengan teliti, bahkan saat kutahan-tahan hidung yang memanjang. terbaca jua dan kau meruncing bibir

lalu, demi apa? toh, senin masih saja genit. tanganku letih mencolek sana-sini di pinggulnya, meski kutahu kami tak muhrim. kuhirup terus keharaman yang pasti oleh agamamu itu. bahkan bercinta dengan senin, serupa dengan kamis dan hari-hari lain yang tak kuakui. lagi, selalu seperti katamu. menghilir ke entah dan cukup pasrah pada zaman penuh serapah. sekali ini, jujur, aku tak tahu lagi mesti bagaimana

kau satu-satunya penyair yang mengaku amatir, aku tak paham. tak sadar punya kenalan demikian. barangkali kau sedang menunggu sertifikasi biar bisa pro, begitukah?

o, Ann ... tak usah kaurisaukan seninku. hidungku akan tetap memanjang selagi waktu masih menuju muara yang itu. akukamu tak akan pernah berhenti mengurusi puisi, yakinlah! meski sadar tak pernah mampu. amatirlah sendiri saja, aku tetap tak berkelas. tetap lapar dan dahaga di hari senin juga kamis juga hari-hari lain yang tak kuakui

selalu seperti katamu, tak bisa kutahan hidungku yang memanjang

22 Oktober 2012

JANGAN PERNAH BERMIMPI JADI PENYAIR

JANGAN PERNAH BERMIMPI JADI PENYAIR
kepada Sajak Astri Zackhoy

JANGAN PERNAH kauukir aksara dengan selera bunga
meliar sajalah ke lorong-lorong yang paling arang
tunggu apiku hampir dan kita abu bersama

BERMIMPI dengan adegan percintaan paling puisi
lalu kaukira dirimu Gibran? bagaimana mungkin, cah kasep
sedang membaca sebait saja, seketika kaucari wadah muntah
bangunlah! mari ke warung sajak, kita mabuk paling tuak

JADI PENYAIR, kau telah

2012

Entahlah, S

Aku berumah di hatimu, S
Tempat dimana tak ada pintu yang pernah kuketuk
Di dalamnya aku telah karat menunggu entah, menghitung kesah
Pagi ke pagi bersendiri sebagai lelaki pertama dan satu-satunya
Riwayatku melapuk, lambat laun serpih, tercecer di sudut-sudut
Hingga pada malam yang juga entah, ada dengus lelaki lain
sedang berahi, barangkali. Terdengar sebagai gema di dinding
Hatimu hatiku sama pacu
Kucari pintu pelepas tanya, dengus itu pun
Mencari pintu, S, mencari pintu masuk ke hatimu
Hanya ketiadaanlah yang menenangkan
Aku membetah jadinya, sampai entah

2012

THE END

THE END
: Alfiah Muntaz

cukupkan bincang bintang, malam sedang berduka
baru saja berita kematian bulan disampaikan malaikat

'tak ada yang lebih tangis dari ini'

mari, nak, gali kubur besar di dada penyair
biarkan kehendak matahari ini menyatukan mereka

'aku masih belum bertemu pengganti'

luka telah lebih dahulu abadi

2012

Jumat, 19 Oktober 2012

ZIARAH

kusambangi jejakmu di catatan usang; kelawasan yang begitu sempurna melumuti benak. iblis membisik kehendak hingga langkahku gesa. hirup lembap ketiakmu yang rimba, sembap meraja pula: aku pana di kenyataan telah tertawan kenangan.

engkau tak pernah sebenar pergi, tak pula sebenar mukim. hanya persinggahan yang mengabadi sebagai luka. meski purba, amisnya tetap segar di udara. entah sampai kapan kenangan ini berkeledai lambanpasti di kepala. entahlah. mungkin saja kekal, sebab kurawat dengan kunjungan napas.

Bengkulu, 19 Oktober 2012

Rabu, 17 Oktober 2012

ILUSTRASI FRUSTRASI

dada malam hanya menyisakan satu bintang
sedang terbangku gamang hendak memetik
sebab kuku senja 'lah mencabik sayap renta
pada tiap kepak hanya menguar aroma duka
: asa bangkai dalam ringkukan rindu

Bengkulu, 29 Agustus 2012

Ada dan Tiada

tahu apa kau tentang ada?
materi adalah kesatuan yang menipu serupa wujud
kemayaanlah yang sebenar ada
selebih itu tiada

tahu apa kau tentang tiada?
materi adalah kesatuan yang menipu saat hanya energi tersisa
kenyataanlah yang sebenar tiada
selebih itu ada

tahu apa kau tentang ada dan tiada?
berdiamlah sejenak di batas keduanya

eits, tunggu dulu, adakah batas itu?

Sept '12

MONOLOG HAMBA

dihubungi kamu adalah kemustahilan belaka
percakapan rutin kita hanya lewat misteri teguranmu dan sapaku yang tak pernah beralamat jelas

kutandai kamu di handphone dengan foto kembang bakung
berharap keajaiban, suatu saat, akan mekar kembang itu di layar N3230-ku

kemustahilan kamu menghubungiku menambah kegilaan bernama rindu
dan kesunyian malam menabur tanya
'dengan foto apa kamu tandai aku?'

2012

TUAH

murkamu adalah cinta
porakporandakan gundukan hitam di jejak langkahku
kekuatan yang maha, entah berapa tingkat lebihi cinta perawan dusun

cubitanmu adalah kasih
luluhlantakkan gunung kokoh di bebal hatiku
kepedulian yang maha, entah berapa tingkat lebihi kasih teman seranjang

cintakasihmu adalah tuah
yang tanpanya aku akan mendudu ke muara api

2012

BERAKHIR SEPI

senda gurau dan percakapan bintang
lenyap sudah di langit malam
saat bulan memilih bungkam
dan anak-anak sibuk menggores kening
sambil mengutuk dinihari yang menawarkan terang

2012

PUISIKU CABIK DI UJUNG TELUNJUKMU

jam pasir menderas gegas. nanah di luka anakku adalah serdadu lara yang kukuh tembak cerlang mata bintang timur. senyum pun 'lah lama lesap. namun, deret gigi putihmu begitu betah menempeli layar televisi

tak mampu kubujuk barang sesungging lengkung bibir. anakku 'lah tertikam janji. jejakkan luka yang nanah tak berobat. sedang hari ke hari telunjukmu makin belati

2012

Telanjang Berdua dan Saling Mengeja Tubuh

tulah langkah kerontangkan peta nasib
catatan rahim yang akukamu gugat pada matahari bulan bintang
menari tarian hujan agar gersang minggat

akukamu telah terlalu pengap
mencipta nila tubai susu sebelanga
lalu berenang lemah berharap mati tiba

kamar ini berhias sengau, o
dari dengus akukamu yang mengadu jari
mengabadi kalah menang warisan temurun
melupa telanjang dan mengeja tubuh

2012

PUKAU

'kau menancap mantra tepat di pertemuan garis diagonal hatiku, bul.

kata yang datang dari entah, kadang mentah, kadang bikin muntah. namun tuah tak bisa sembunyi, kerap. itulah kau. --tentu tak mesti kuideri lapangan sambil teriak wow--
tak banyak yang bisa begitu, bul. seringnya hanya bisa, meracun hatiku biru-biru. kau anomali. pada ketinggian, 'kau selami palung terlemah keangkuhanku. melunglaikan aksara mawar yang dandani puisiku.

'kau memukauku, bukan begitu saja. lewat putaran jarum, tersuntik serum sebagai dogma yang perlahan menuba nadi. lewat tanggal angka di dinding, 'kau telanjangi jubah titipan raja kata. aku terpukau kau.

bul, ajari aku ngasah kata lancip yang menumpul. biar kutusuk kebodohan sendiri, matilah. lalu bantu kubur di ladang garam belakang rumahmu, yang milik tetangga itu.

2012

BEGINI SAJA

begini saja, aku menikam dada kirimu dan kamu boleh menyayat nadiku.

akukamu terlalu hanyut dalam tikai rasa. mencinta telah berhukum fardhu kifayah. sedang sebenar hati entah apa. bisa jadi aku mendendam rindu dan kamu memendam nafsu. it's okay, toh tak ada komando soal itu.

atau begini saja, kamu pergi sejauh mana dan aku akan terbang tinggi ... tinggi sekali. lalu, akukamu saling bunuh di mana jumpa, biar berdamai rindu dan nafsu.
is it okay?

2012, Bengkulu

SIANG JANGGAL

aku makan siang bersama kelelawar berkostum spiderman. bulan cengengesan saat sendok kami beradu. tawa kecil petugas ronda, sungguh tak biasa. mana bahak yang gelegar? kusuapi anak tunggalku, si gemuk yang cantik, dengan segar kelopak mawar. ia muntah darah. kelelawar iba. teras gaduh. anakku mati muda. kostum spiderman membekap bulan. makan siangku dilahap petugas ronda. aku terbahak.

2012

SEBELUM PULANG MENAMATKAN MIMPI

Aku kembali, tegak tepat di hadapanmu, saksi
Sebelum pulang menamatkan mimpi
Aku kembali
Tegak tepat di hadapanmu, saksi
Masih dengan keluh sama
Dengan wajah yang sama pula
Tanpa senyum apalagi tawa
Hanya lipatan wajah pasi yang riak

Angin yang sama membawa pesan lama
Telunjukku membaca cuaca
Kembali saat langit diam
Saat awan menutup cahaya
Tegak tepat di hadapanmu, saksi
Sebelum pulang menamatkan mimpi

Aku kembali, menunggang angin dingin
Saat doa melesat tanpa jawab
Tegak tepat di hadapanmu, masih

Senjalah penggamang malam, kepulangan mematah lutut
Tegakku menjengahkanmu
Aku meminta cintamu malam ini
Sebelum pulang menamatkan mimpi

2012

KAU SAJA SEBENAR PUISI

_kepada S

kau hilang, aku senyap
namun puisi masih derap
ketuk dadaku kerap

tak mabuk aku, s
hanya puisi biasa
bukan tuak nira

kau hilang
sebenar puisi tiada lagi

2012

O, PENYAIR

ada saat kaki semut keakuan dan para kambing berpesta akuguling

o, penyair
sarapan apa embun pagi ini?

lihat gigimu yang kuning terang
sebagai jejak rapalan mantra emas
lihat pula gigiku merah bata, menyugi darah
gemeletuk usai mendeklamasikan rindu dan cinta

hummm ... hummm
husss, jangan terlalu koar!
cermin sedang berdandan menyambut wajah badut
akukamu sabar sajalah nunggu pecahnya
sebab retak telah nyata meraja

pagi memecah kepalaku keping tiga
o, penyair ...
apa kabar diksi, rima, metafora?
simsalabim, dibantu, yaa ...
jadi apa, jadi apa, jadi apa?
jadilah akukamu berebut antolologi dusta

sarapan apa embun pagi ini?
entahlah, coba kautanya pada rembulan kesiangan
yang menari di sela ilalang

2012

MENANTI TUMPAH

Sayangnya aku lupa tarian itu
Bisa jadi tanpa busana, dengan telanjang
polos. Lalu mengitari tumpukan puisi kering.
Bisa jadi bersorak lantang jejingkrak
hubahuba habehabe
: agar langit menumpah cinta.

Sajak mana yang mangkus memanggil cinta
ohai, pujangga, tahukah?
Lantangkanlah sambil tengadah,
bisa jadi sajakmu pengganti doa
dan langit dengan girang menumpah cinta.
Bisa jadi Allah iba melihat kita
yang tiap hari menulis puisi kering, sajak kerontang
di tanah yang 'lah lelah menanti cinta tumpah
serupa bayi merindu tetek ibunya.

2012

MERAK

berahi ini mengubun
genit goda di depan mata
ini sedang musimnya. betapa gelinjang
membuta otak dan napasku engah ... huff!

wajar saja aku ingin kamu larut
dalam pesta nafsu yang awut
lihat, lihatlah buluku kibar

merapat sini, beib
penuhi undanganku yang api
terbakar bersama. lalu akukamu mati

2012

DITIKAM RINDU

Sebelum mati, ingin kucari jejak angin
Bermula di dua kenangan: rambutmu yang pecah ujung
dan bibir tak mengatup sempurna

Kekosongan ini begitu menyiksa, S
Delapan penjuru tak jua memberi rambu
Angin pura-pura tak tahu. Rahasia jejak terkubur di desir jam pasir
Melulu sesat memburu ingatan. Kala senja melenggang, rindu menebal
Sungguh ingin aku, menghirup malam beraroma wangi ketiakmu

2012

TAK MESTI DIMENGERTI

andai o andai, peta ini adalah abatasa yang sedari kecil biasa kubaca. tentu tak meraba lagi diri ini. mencari dan mencari, o betapa. sedang langit bercerita banyak. lewat angin, lewat tetes wingit yang dirindu selalu, pun lewat sunyi yang kerap.

menitah cuaca, telunjukmu lelah sudah. o, andai diriku adalah buku cerita bergambar bagimu. tentu tak pernah kau berusaha begitu keras; membaca dan coba mengerti aku. cukup pandangi lembarku ini dan mengangguklah serupa paham. tapi tak, aku bukan.

akukamu sama buta. menabrak dinding kebodohan dengan sangka-sangka. senyum-senyum meski musim menggamang. aku dan hidup ini selalu coba dimengerti, padahal tak mesti.

2012

ANAK ULAR ITU

anak ular itu punya cita-cita menjadi pedagang asongan. sedang ibunya adalah ratu sejati dengan kilap sisik aduhai. aku tak setuju, kutawarkan padanya menjadi pedagang kaki lima. anak ular itu menggeleng keras meski kubilang ia telah merendahkan derajat kaum. baginya, tak pernah ada dalam sejarah, ular berkaki lima

aku tak memaksa, lalu kusarankan ia tumbuh wajar saja. menjadi ular jantan perkasa yang bertahta di pokok beringin. meski di pinggir kampung, andai untung, akan disebut naga dan penduduk akan tahu arti keramat

anak ular itu tertarik, lalu merapal mantra. entah salah baca, entah kenapa, anak ular itu sekarang menjadi cacing dan kupakai sebagai umpan mancing

2012

METRUM

ingatan hanyut; larik di matamu sabtu malam
bintang senguk terhidu ketiakmu yang amber
ketukan waktu satu-satu menuju
pastinya dini hari pasti

tak pernah ada ad libitum di kisah klasik ini
akukamu bergantung tonggak, meski tak sama dan aku elak
tetap hanyutku seirama jentikmu saja, o kasih

2012