KURASA YANG KAURASA
(sebuah tulisan ringan seusai "merasakan" puisi ADA CERITA YANG BELUM USAI :Palestina karya Alfiah Muntaz)
Apakah kamu baru akan tersentuh apabila kemalangan itu menimpa dirimu?
Pertanyaan di atas pernah saya dengar ketika media ramai memberitakan
perihal kenaikan harga BBM Premium, namun tak pernah jelas dari siapa
keluar pertanyaan tersebut. Ketika itu, pertanyaan diarahkan kepada
mereka yang berkoar-koar protes. Si penanya mengeluarkan semacam
retorika ini, mungkin karena menuding yang protes hanya karena mereka
ikut ditimpa "kemalangan" sebagai akibat kenaikan harga BBM, bagaimana
jika mereka tidak memakai BBM Premium?
Ketika pertama kali membaca puisi Alfiah Muntaz, saya langsung jatuh cinta dan sontak teringat pada pertanyaan di atas.
Puisi ini jelas kelahirannya adalah sehubungan dengan Indonesian Poetry
Idol (IPI) yang diselenggarakan Bengkel Puisi Swadaya Mandiri (BPSM),
sebuah grup puisi dunia maya yang cukup aktif dan atraktif.
IPI akhir Juni 2012 mengusung sebuah tema: "Manusia dan Penderitaan", mari baca sejenak puisi Alfiah Muntaz yang saya maksud:
ADA CERITA YANG BELUM SELESAI
: Palestina
asap menggelembung
mendung mengepul sepanjang kota
setelah segar darah
memenuhi sumber-sumber air mata
tak ada lagi nyanyian puteri-puteri sion
meninabobokan bocah-bocah ketakutan
desing timah menjadi lagu
membara. mengiringi lantunan
tembakan meriam yang menikam
jauh ke dalam
: selirih pedih
memar dada
memar aqsa
sabra dan sathila mengerang
dikoyak kapak
bayi-bayi terlepas dari pelukan
perawan berlarian. diburu peluru.
sepasang bibir lebam menggumam,
doakan kami
doakan kami
tahun-tahun lewat
bermaterai perjanjian
tanah memerah b a s a h
Batu Tulis, 24 Juni 2012
Lihatlah, sekujur puisi membimbing rasa saya ke arah kedukaan dan
penderitaan yang barangkali memang demikian, jika kita mengikuti
pemberitaan media tentang Palestina. Penderitaan Palestina, warganya,
tanahnya yang selalu basah darah dan air mata, benar adanya sebagai
cerita yang belum usai, bahkan mungkin tak akan pernah usai meski telah
banyak pertemuan dan perjanjian tentangnya.
Maha Suci Allah,
yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram
ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami
perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami.
Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(QS, 17:1)
Menilik ayat di atas, sesungguhnya tanah Palestina adalah tanah yang
diberkahi dan di Palestina pula banyak yang berjuang dan hidup demi
Allah, mengorbankan hidup mereka atau meninggal dan dikuburkan di sana.
Namun mengapa seolah penderitaan tak pernah lepas dari negeri ini?
Wallahu a'lam bish shawab.
Kembali ke puisi Alfiah Muntaz, yang
barangkali lahir karena disesuaikan dengan tema IPI: "Manusia dan
Penderitaan", saya merasa kagum kepada penyair ini. Andai saya yang
dihadapkan pada tema tersebut, barangkali saya akan menulis puisi
tentang penderitaan saya, duka kehidupan saya atau tentang menderitanya
saya dikarenakan cinta yang bertepuk sebelah tangan. Tidak demikian
seorang Alfiah Muntaz! Isi kepalanya terbang ke belahan dunia sana dan
hatinya bersaksi atas derita rakyat Palestina, lalu tangannya menuangkan
sebuah puisi yang menampar.
Secara keseluruhan, puisi ini
berhasil menghadirkan sebuah tragedi kemanusiaan berikut penderitaannya
dengan bahasa puisi yang tidak bertele-tele dan di-indah-indah-kan.
Sampai dengan mulus dan menggugah rasa.
Apakah kamu baru akan tersentuh apabila kemalangan itu menimpa dirimu?
Pertanyaan retoris ini akan dengan lantang dijawab seorang Alfiah Muntaz: TENTU TIDAK!
Salam,
Rizadian Adha
27/06/2012