Rabu, 29 Agustus 2012

SEKOLAH

jalan ke sekolahku tergantung di sajadah di sebalik tudung. tiang listriknya adalah ombak yang selalu minta jajan dengan menodongkan kemiskinan. pada anjing yang kakinya patah satu, ikan bertanya pilu, 'siapa nama presiden irlandia?' ... awan menjawab lantang dengan lagu cengeng tentang patah hati. bu guru mengucap salam dari seberang jalan, lebih seperti teriakan penonton sepak bola ketika wasit tidak adil. di gerbang sekolah, pak satpam menari balet dengan iringan musik gambus. katanya, gaji bulan ini dirampok setan. kawan-kawanku berebut berbaris di bawah kibaran bendera. salju turun seperti hujan kapuk. ada meja dan buku-buku menggigil. di papan tulis, ada pengumuman lomba menulis puisi gelap. aku sekolah dulu dan kuminta kau jadi guruku. aha.

2012

MAKIN GELAP

Aku rindu kamu mandi.
Agar pesan rumput dibawa angin melewati sabun, odol dan buih. Kesuraman begitu pekat dan sesak menuju kolam limbah. Ada bangkai hati di ketiak pelangimu. Tiap garis warnanya adalah tempat kesombongan bertengger bersama gagak. Busuk.
Aku rindu, kamu mandi.
Semakin mustahil kita satukan rasa sengkarut ini. Dadaku lebam sudah menanggung hantam godam tak acuhmu. Berdendang, kau anggap aku tak ada di lega tarikan napas. Lalu, siapa yang menggantungi parumu? Kecipak air bak mengaduk kenangan. Bising.

Aku rindu kamu, mandi.
Karena tebal dusta melapisi kulitku. Pori tertutup dan mendakikan seringai iblis. Rasa seabad sudah. Wajar kau jauh. Membangun istana bertanda larangan masuk bagi si dungu ini. Sesekali nitip salam lewat mimpi. Sekadar tanda pernah kenal dan kesopanan timur wanita lelaki. Jernih air tetaplah langka. Junub.

Aku rindu kamu ...
dan mandi hanyalah ingatan prosesi dahulu yang kuperkosa sebagai pelengkap penderita demi sampai pesan ke telingamu. Ingatlah, aku kamu pernah mandi di kucuran puisi yang kini makin gelap saja.

2012

Jumat, 24 Agustus 2012

PERANG SUKU MAYA

pada pertempuran ke sekian, ada yang terkapar
di hingar bingar pekikan perang, terpanah
kala lesatan racun sudah bukan barang baru, begitu pula
persekongkolan sesuku

ada yang terkapar, letih nian
dan aroma darah bercampur kebencian adalah penyemangat seteru
tiada peduli ada hati yang ikut tercabik

suku maya berperang entah untuk apa ...
anehnya, aksara menjadi satu-satunya senjata

2012

SAJAK PADANG FANA

aku domba, katanya
menggigit pucuk padang dengan keompongan yang semakin
lalu menjilat terik sebagai obat dahaga, pret!
 
aku gembala, katamu
berkipas caping menatap ujung padang mencari lahan subur
lalu menangkap angin pembawa kabar, pret!

aku kamu, kataku
menjadi domba atau gembala sesuai hadir musim
lalu rebah di padang kerontang
menangisi kesombongan
hujan
duh!

2012

MENANAM CINTA DI WAJAHMU YANG ENTAH


bibit kasih yang dahulu engkau titipkan
lewat kerap jumpa dan sapa, kini siap
kutanam sebagai cinta matang
meski tetap bersahaja

aku ingin menanamnya di wajahmu
agar tumbuh subur dan selalu
dapat kutatap mesra

ingin kulihat cinta mekar di wajahmu
agar rindu punya alasan tepat
untuk hadirkan debar

masih kugenggam bakal cinta ini
sementara wajahmu berpinak di tiap ruang
entah rupa mana sebenar engkau
tiap wajah mengundang tanya mengundang duga
mengundang ketakpastian tempat bertanam
: aku galau

2012

Senin, 20 Agustus 2012

PENCARIAN

aku mencari sorga di garis beradunya ulas bibirmu
manis terkecup meyakinkan sangka,
inilah menyatanya mimpi masa remajaku
namun ternyata bukan:
garis bibirmu adalah tempat dosa mengintai ketat

lalu kucari pula sorga di sembulan menggoda dadamu
nyaman yang hadir menetapkan duga,
inilah pengabulan doa usia belia dahulu
namun ternyata salah:
sembulan dadamu adalah rahasia berlanjutnya hidup

o, perempuanku
sebutkanlah sebenar tempat sorga berada
jika di telapakmu, kuberi izin kauinjak
kedunguan ini

2012

PETAKA

ohai, pujangga ...

aksara dah begitu enggan mencumbu hati
a ke z liar menari serampang, di mata
serupa gadis ranum siap dipinang
lalu, mestikah kurangkai sebuah
puisi?

saat ini, kepala dada sedang berduka
meratapi kematian anak semadi
: goresan mangsi

syair yang mawar, hambar sahaja
sampai ke hatimu sebagai sampah kata
penuhi ruang mata dan beku tiada makna

ohai, inilah petaka ...

labirin ini bermula di titik sunyi
sedangkan aku beternak galau
lahirkan ceracau
: gila

Bengkulu, 19 Agustus 2012

Sabtu, 18 Agustus 2012

BULAN GADUNG(AN)

akulah bulan muda yang mengetuk pintu langit ...

bintik-bintik hitam nun di bumi adalah kepala anak adam
sedang keranjingan keramas, katanya
biar dosa gugur dan mereka segera mewujud bayi polos
tanpa ketombe tanpa daki tanpa noda

aku dinanti dengan kemufakatan pelacur
andai ketukanku didengar dan senyuman kubentang,
mereka akan pesta semalam suntuk
tentu dengan kembang api dan bibir bergincu di televisi, di televisi

bersebab ditunggu, aku tampil sebagai seulas tipis
cukuplah untuk meriangkan pelacur
dan memastikan bayi-bayi polos 
telah bersiap menenggak sebotol anggur merah

2012

Kamis, 16 Agustus 2012

SARANG SEMUT

daun kering jatuh satu-satu
angka-angka tanggal dari dinding kusam
dan pesta mantra segera berakhir, pasti

semut meninggalkan sarang
berharap alang hari memadukan tuba
lalu kembali setahun lagi

Bengkulu, Agustus 2012

Kamis, 09 Agustus 2012

MENGINGATMU

MENGINGATMU
: Rendra

sepulang dari salon, kupungut ingatan tercecer tentangmu
ohai, burung merak ...

kau benar adanya, aku sedang
menghadapi kemerdekaan tanpa cinta*
masih saja nyaman hidup di samping
seorang perempuan dengan badai di perut*
lalu sibuk membunuh detak jam
dengan bercangkir kopi hutangan, menghirup dalam-dalam
tiap kehampaan

kau benar adanya, aku telah melupa
apa yang terpegang hari ini bisa luput esok pagi*
maka kuhabiskan sukacita dalam sekali tegukan kilat

pantatku karatan aku seret dari warung ke warung*
di tiap persinggahan selalu kutitip wangi sajak cinta
dengan aksara mawar yang kadang kusendiri tiada mengerti
hahaha ... kau tentu tertawa

ohai, burung merak ...

kau benar adanya, aku dan negeri ini tiada beda
sama-sama bergeming oleh neraka zaman:
malam rebah dalam udara yang kotor*
di manakah harapan akan dikaitkan*
bila tipu daya telah menjadi seni kehidupan?*

aku masih sadar, sesadar-sadarnya sadar
tiap pulang dari salon, kusembunyikan wajah di retak cermin
agar kau tak memberi stempel di keningku: penyair salon!
aku masih bermalu meski tak beruang, maka kucukupkan
bersajak di kamar mandi dalam aroma sabun yang klasik

tidak akan pernah di depanmu
tidak akan pernah ...

Agustus 2012

*) beberapa larik yang diambil dari sajak karya Rendra