SELALU SEPERTI KATAMU
secarik surat untuk bulek Ann yang penyair
senin yang genit, selamat malam
tak hanya salik menenteng lapar dan dahaga hari ini, aku menambahkan
penat padanya ... dan sedikit kebohongan. lagi, selalu seperti katamu.
waktu mengalir lancar diulang oleh serapah zaman, persis seperti
kamis. sebenarnya tiap hari, tapi tak kuakui, sebab napasku hanya pada
dua hari itu dan sunyi secukupnya. kau membaca dengan teliti, bahkan
saat kutahan-tahan hidung yang memanjang. terbaca jua dan kau meruncing
bibir
lalu, demi apa? toh, senin masih saja genit. tanganku
letih mencolek sana-sini di pinggulnya, meski kutahu kami tak
muhrim. kuhirup terus keharaman yang pasti oleh agamamu itu. bahkan
bercinta dengan senin, serupa dengan kamis dan hari-hari lain yang tak
kuakui. lagi, selalu seperti katamu. menghilir ke entah dan cukup pasrah
pada zaman penuh serapah. sekali ini, jujur, aku tak tahu lagi mesti
bagaimana
kau satu-satunya penyair yang mengaku amatir, aku tak
paham. tak sadar punya kenalan demikian. barangkali kau sedang menunggu
sertifikasi biar bisa pro, begitukah?
o, Ann ... tak usah
kaurisaukan seninku. hidungku akan tetap memanjang selagi waktu masih
menuju muara yang itu. akukamu tak akan pernah berhenti mengurusi puisi,
yakinlah! meski sadar tak pernah mampu. amatirlah sendiri saja, aku
tetap tak berkelas. tetap lapar dan dahaga di hari senin juga kamis juga
hari-hari lain yang tak kuakui
selalu seperti katamu, tak bisa kutahan hidungku yang memanjang
22 Oktober 2012
lalu, demi apa? toh, senin masih saja genit. tanganku letih mencolek sana-sini di pinggulnya, meski kutahu kami tak muhrim. kuhirup terus keharaman yang pasti oleh agamamu itu. bahkan bercinta dengan senin, serupa dengan kamis dan hari-hari lain yang tak kuakui. lagi, selalu seperti katamu. menghilir ke entah dan cukup pasrah pada zaman penuh serapah. sekali ini, jujur, aku tak tahu lagi mesti bagaimana
kau satu-satunya penyair yang mengaku amatir, aku tak paham. tak sadar punya kenalan demikian. barangkali kau sedang menunggu sertifikasi biar bisa pro, begitukah?
o, Ann ... tak usah kaurisaukan seninku. hidungku akan tetap memanjang selagi waktu masih menuju muara yang itu. akukamu tak akan pernah berhenti mengurusi puisi, yakinlah! meski sadar tak pernah mampu. amatirlah sendiri saja, aku tetap tak berkelas. tetap lapar dan dahaga di hari senin juga kamis juga hari-hari lain yang tak kuakui
selalu seperti katamu, tak bisa kutahan hidungku yang memanjang
22 Oktober 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar