Selasa, 24 Juli 2012

KALAM

malam membentang kalam lewat kelamnya
sungguh hitam seakan diam. mungkin alam
dibungkam dendam saat temaram samarkan
sejarah cahaya sedari petang

rumah menampung sekumpulan lempung dan aku
teronggok dengan sisa nyawa
tersudut sambil terus menuding langit
lalu memukul dada kesal karena kehilangan bulan bintang
di sisa detik, menyulut sepi lewat perbincangan tiada arti
terlihat hitam semata
pun dinding rumah,
kusam buram

bisu ranjang menggigilkan bibit mimpi
kebisuan yang meniadakan kalam
malam ini kutulis aksara dengan bunyi sendiri-sendiri
seakan khatam. berlarian
kalimat memasti hari
iyakah?

sebagai pembual kehabisan akal
kuanggap kalam menepi bersama puisi

Bengkulu, 22 Juli 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar