TUNDUK SEMU
selalu, setiap ketika ...
adalah bibirku yang mengkhianati kalbu, dengan buih
menghambarkan nama-Mu pada riwayat hari
berpacu dengan putaran jarum di dinding
niscaya hanya luka-luka yang kutuai dari tiap tusukannya
perlahan membusuk dan menanah
adalah ragaku yang bergerak serupa upacara, dengan bilangan
tertib melepas wajib pada lima waktu semata
sedangkan berhalaku adalah tawanya dunia
dalam langkah dan pikir, selalu rambuku adalah angka
perlahan menyusun perkalian dahsyat yang tiada sudah
selalu, setiap ketika ...
aku tunduk pada-Mu dan begitulah, kehambaran semakin mewarnai
hubungan kita. lalu, sejengkal matahari di atas kepala,
tak lagi menggetarkan apa-apa
Bengkulu, 27 Juni 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar