ajari aku mengekang hari, yang lari begitu tergesa. bersama
macam-macam hawa ketidakpuasan. cuacamu murung selalu, matahari
uring-uringan. dan elang yang bernama waktu, sibuk mengasah paruh
agar tak luput mencabik lengahku
tiap pagi kupandang tanggalnya angka di dinding, yang mengajakku
teronggok di pojok khayal. terang gelap terang gelap lalu gelap kauhenti.
hanya awan yang diam, diam-diam berganti warna. sedang magma
kegelisahanku tinggal menunggu muntah
ajari aku menjahit mori, yang kususun dari benang harapan. bersama
macam-macam doa berhias sungai di kedua mata. biar kujadikan
penghangat gigil saat musim tak menentu. dan sapa sayangmu
yang mendera tak lagi jadi alasan bagi retaknya
kisah kasih kita yang abadi
Bengkulu, 29 Juni 2012
macam-macam hawa ketidakpuasan. cuacamu murung selalu, matahari
uring-uringan. dan elang yang bernama waktu, sibuk mengasah paruh
agar tak luput mencabik lengahku
tiap pagi kupandang tanggalnya angka di dinding, yang mengajakku
teronggok di pojok khayal. terang gelap terang gelap lalu gelap kauhenti.
hanya awan yang diam, diam-diam berganti warna. sedang magma
kegelisahanku tinggal menunggu muntah
ajari aku menjahit mori, yang kususun dari benang harapan. bersama
macam-macam doa berhias sungai di kedua mata. biar kujadikan
penghangat gigil saat musim tak menentu. dan sapa sayangmu
yang mendera tak lagi jadi alasan bagi retaknya
kisah kasih kita yang abadi
Bengkulu, 29 Juni 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar