ADALAH KITA
Adalah kita,
yang
mendayung sampan kehidupan lalu pusing di telaga waktu
yang menatap
kelip bintang lalu melukis khayalan dewa-dewa.
Kita sesat di telaga tak ada cahaya,
sementara
bintang
senyum-senyum penuh makna.
Adalah kita,
yang lupa singgahi
tetua desa
tempat lesatkan segala tanya demi sebingkis jawaban
dan kita telah pula terlupa menghanyutkan doa-doa papa,
bukankah
bintang telah lama menghadiahi senyuman?
Adalah kita,
sebuah ketiadaan walau penuh letupan api,
tempat mimpi menyetubuhi
logika
untuk kemudian anaknya menikam dada.
Bengkulu, 8
April 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar