DALAM SELIMUT
Bukan sesaat kita
sama tersesat,
membenturkan bebal kepala
menabrakkan bingkah
dada
ke angkuh dinding dunia.
Bukan
sekejap kita sama bahagia,
menuangkan anggur sukacita
meneteskan
madu aksara
ke piala tanda jawara.
dan kita berulang
sama membaca puisi usang:
"kubuat catatan kecil tentangmu
bahwa tak seharusnya debu hinggap di lipatan baju
semestinya gerimis
menggagalkan muslihat-muslihat
agar senja nanti langit berwarna
merah jambu"
Alahai, apatah daya hamba
berpeluk selusup
angin, menggantang awan tinggi
kijang bertaring banyak menjinak di
ragamu
Aku yang tercabik ...
Pun puisi usang,
hanyut di
sungai luka dan lesap sebelum muara.
Bengkulu, 9 April 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar