LAWANG
Menangkap cahaya
yang mbersit dari satu-satunya pintu bersama,
aku dikepung tudingan
tlah hilang gairah
Berpulanglah sangka ke masing-masing dada saja,
itu cahaya selarik dian bagi kelam atau remangku
Hidup tetap
menyumpalkan sajak-sajak pintu pada gendang telinga yang diam tanda iya,
maka kudiamkan
Lalu tabik dengan senyum tersungging,
kupetik
pula kelopak hikmah dari demam panjang ini
Ruang gigil dipenuhi
wajah itu-itu saja,
wajar pandangku paku
Pintu itu, Sayang
...
Membayang serupa kitab membentang,
terus kueja
terbata-bata mencari jawab:
Siapa yang lebih dahulu khatam?
Bengkulu, 11 Mei 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar