Selasa, 29 Mei 2012

DALAM SELIMUT

Bukan sesaat kita sama tersesat,
membenturkan bebal kepala
menabrakkan bingkah dada
ke angkuh dinding dunia.

Bukan sekejap kita sama bahagia,
menuangkan anggur sukacita
meneteskan madu aksara
ke piala tanda jawara.

dan kita berulang
sama membaca puisi usang:

"kubuat catatan kecil tentangmu
bahwa tak seharusnya debu hinggap di lipatan baju
semestinya gerimis menggagalkan muslihat-muslihat
agar senja nanti langit berwarna merah jambu
"

Alahai, apatah daya hamba
berpeluk selusup angin, menggantang awan tinggi
kijang bertaring banyak menjinak di ragamu
Aku yang tercabik ...

Pun puisi usang,
hanyut di sungai luka dan lesap sebelum muara.

Bengkulu, 9 April 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar