Selasa, 29 Mei 2012

LAWANG

Menangkap cahaya yang mbersit dari satu-satunya pintu bersama,
aku dikepung tudingan tlah hilang gairah
Berpulanglah sangka ke masing-masing dada saja,
itu cahaya selarik dian bagi kelam atau remangku

Hidup tetap menyumpalkan sajak-sajak pintu pada gendang telinga yang diam tanda iya, maka kudiamkan
Lalu tabik dengan senyum tersungging,
kupetik pula kelopak hikmah dari demam panjang ini

Ruang gigil dipenuhi wajah itu-itu saja,
wajar pandangku paku

Pintu itu, Sayang ...
Membayang serupa kitab membentang,
terus kueja terbata-bata mencari jawab:
Siapa yang lebih dahulu khatam?

Bengkulu, 11 Mei 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar