Selasa, 29 Mei 2012

MELUKIS PAGI

Jika masih kausungkup matari dengan selubung senyum hambar, manatah mungkin kering lembab pelupuk. Akan tumbuh jamur tipis serupa sutra kembang. Lalu menghitam selingkaran dan semakin malam rona parasmu. Nian.

Andai tetap kaugantung pendulum berkilo-kilo di segaris bibir pagi, manatah mungkin terkecup lengkung pelangi. Akan meriak keriput halus serupa labirin semut. Lalu menegas ber...lapis-lapis dan semakin malam rona parasmu. Nian.

Mana pernah tersangkakan, ini matari terakhir yang genit menyapa hari baru. Pagi terakhir dengan hangat pelukan pagi. Nian. Kemarin adalah prasasti, sebagai sejarah yang menugu di jejak diri. Bukan di wajah pucat pasi.

Bengkulu, 17 April 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar